Postingan

Ekosistem Pembayaran Berbasis Teknologi Mengakselerasi Laju Pertumbuhan UMKM

Gambar
Penampilan musik jazz berkolaborasi dengan lengger Banyumas pada event QRIS Jazz Gunung Slamet di Baturraden Banyumas. EVOLUSI teknologi keuangan telah mengiringi derap langkah perjalanan uang Rupiah dari transaksi tunai menuju sistem pembayaran berbasis teknologi.  Pergeseran sistem pembayaran ini terus digelorakan dari hulu hingga hilir oleh Bank Indonesia, termasuk pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di wilayah eks Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah.  Tak sulit menemukan pedagang kecil sekarang ini menyediakan papan akrilik yang terdapat QR Code Indonesian Standard (QRIS). Hampir seluruh pedagang kecil, warung makan, pusat belanja hingga pedagang kelilingan kini menyediakan pembayaran nontunai. Seperti yang terlihat di Zona Kulier Purwasera, Kecamatan Purwokerto Utara. Sebanyak 42 pedagang kuliner di situ telah menyediakan karena memang sasarannya adalah para pelanggan dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto.

Digitalisasi Transaksi Menuju Less Cash Society

Gambar
PERKEMBANGAN teknologi dewasa ini telah mengubah perilaku masyarakat. Bahkan, kini ragam transaksi sistem pembayaran berbasis teknologi menjadi pilihan masyarakat karena proses transaksi terbilang mudah dan cepat.  Seperti halnya dengan transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) yang diluncurkan Bank Indonesia bertepatan dengan HUT ke-74 Kemerdekaan RI. Peluncuran QRIS bertujuan mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia Maju.  Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tak sedikit dijumpai pelaku UMKM yang telah menyediakan QR Code pembayaran untuk dipindai oleh pembeli ( customer ) ketika melakukan transaksi pembayaran.  Bahkan, pada 9 September 2020, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto menginisiasi digitalisasi transaksi nontunai melalui implementasi QRIS di pasar rakyat dan beberapa objek wisata yang dikelola Pemerintah Kabupaten Banyumas. Impelentasi transaksi digital j

Solusi Otomotif Bagi Pengguna Mobil LCGC

Gambar
Direktur Utama PT Pertamina Lubricants, Ageng Giriyono  mengisi oli mobil saat peresmian Olimart di Purwokerto HARIYANTO (47) terlihat antusias ketika berbagi pengalamannya menggunakan  Fastron Ecogreen kepada saya. Karyawan perusahaan swasta itu mengaku oli mesin mobil yang dipakai sebulan lalu masih jernih.   "Sudah sebulan saya pakai tapi di cek oli mesinnya masih jernih. Padahal, mobil rutin dipakai Purwokerto - Banjarnegara," katanya menceritakan dengan antusias.  Maklum, ia menggunakan oli itu belum lama. Ia awalnya hanya coba-coba produk baru, karena produk itu cocok untuk mesin mobil LCGC yang ia gunakan untuk aktivitas sehari-hari.  "Saya merasa cocok aja menggunakan Fastron Ecogreen. Harganya juga terjangkau. Apalagi di Purwokerto sudah banyak yang tersedia," tutur pria yang bekerja sebagai staf marketing di perusahaan swasta ini. Anggota komunitas mobil di Purwokerto, Aris mengaku baru mengetahui merek oli mesin tersebut untuk untuk mesin

Dasar Sontoloyo!

HUJAN Minggu sore seharusnya menjadi suasana romantis. Paling tidak untuk pasangan suami istri. Menikmati rintik hujan dari jendela rumah. Menikmati desau angin yang telah mendinginkan raga ini. Namun Minggu sore itu menjadi hari kelabu. Hari yang seharusnya romantis menjadi hari penuh perkara!. Suasana dingin seketika menjadi gerah. Penuh dengan rasa emosi. Ini bermula dari obrolan di whatsapp grup Rukun Tetangga (RT) di tempat tinggal kami. Sore itu di grup ramai membahas rencana menjenguk orang sakit. Orang sakit itu salah satu warga RT kami. Di grup WA telah memunculkan diskusi panjang.  Singkat kata, akhirnya disetujui menjenguk menggunakan microbus. Jarak antara tempat tinggla kami dengan rumah sakit sekitar 30 kilometer. Biaya kendaraan ditanggung dengan cara patungan. Warga RT rombongan ke rumah sakit. Kami juga diajak. Hanya saja kami tidak ikut rombongan. Kami kebetulan sedang di Purwokerto menikmati rintik hujan dan desau angin yang telah mendinginkan raga ini di k

Menyapa Kesejukan Alam Pedesaan

Gambar
AHAD menjadi hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh anakku, Qasdina (5,5). Sepulang sekolah, ia selalu minta main ke tempat mbah di Desa Sokaraja Wetan, Kecamatan Sokaraja.  Ia mengajak jalan pada Sabtu siang. Kalau jalan siang, waktunya lebih lama. Bisa jalan-jalan di Purwokerto dulu. Baru sore hari ke tempat mbah. Jarak antara Purwokerto dengan Sokaraja sekitar 20 menit. Cukup dekat ditempuh menggunakan sepeda motor. Sesampainya di rumah mbah, Qasdina juga bilang supaya dibangunkan pagi hari. Biar tidak kesiangan. Mau bersepeda, katanya. Bersepeda keliling desa!. Bertiga. Qasdina, ayah dan bunda. Tepat pukul 05.00, alarm alami bunyi. Alarm itu dari suara jago di belakang rumah dekat kamar mandi yang berkokok. Berkali-kali hingga membangunkan orang tidur di rumah. Tapi aku tak terbangun. Masih berselimut. Meringkuk. Memeluk bantal guling.  Namun, saat masih tertidut bumi seperti guncang. Raga yang masih terlelap ikut terguncang. Guncangan makin keras. Sampai terbangun. Setelah

Pasar Papringan Lokomotif Menuju Desa Mandiri

Gambar
RAMAI PENGUNJUNG : Pasar Papringan ramai pengunjung dari luar kota, Minggu (21/10) PAGI itu hari masih gelap. Matahari belum menampakkan diri. Namun, lalu-lalang kendaraan roda empat maupun sepeda motor kian ramai ketika memasuki jalan beraspal di Kedungumpul, Kandangan menuju Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Minggu (21/10). Banyak kendaraan roda empat dari luar kota memadati jalan tersebut. Bahkan, berjubelnya mobil ini menjadikan jalan desa yang berjarak sekitar 5 kilometer menuju Pasar Papringan macet. Antrean panjang mobil terlihat mengular.  Para pengunjung terpaksa harus turun dari mobil. Berjalan kaki sekitar 1 kilometer. Bagi pengunjung yang tidak ingin letih memilih naik ojek. Cukup dengan membayar Rp 5.000, pengunjung bisa cepat sampai di pasar tradisional tersebut. Namun tidak sedikit pula pengunjung, umumnya rombongan keluarga memilih berjalan kaki. Menikmati jalan desa yang membelah sawah dengan disuguh

Membuka Lembaran Baru !

TAK terasa sudah dua tahun aku tidak memposting tulisan. Tulisan apa saja. Tentang berbagai hal. Sudah lama tak berbagi lewat tulisan. Namun, mulai kali ini aku ingin sekali menulis kembali. Tentang apa saja. Tentang berbagai hal. Mari kita buka lembaran baru. Mari menulis. Menulis dan menulis. Tentang apa saja. Membuka lembaran baru setelah sekian lama tidak aktif menulis blog.