Air Kali Pondok Menggerakkan Ekonomi Warga

Hai sobat blogger, Saya ingin share tentang kehidupan warga Dusun Kali Pondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.

Di dusun itu hanya mengandalkan sumber air untuk memberikan kehidupan yang lebih baik, bahkan kini roda ekonomi warga setempat berputar seiring dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari sumber air yang dimiliki dusun setempat.



Saya sengaja mampir ke Dusun Kali Pondok pada pertengahan Juli 2014. Dari obrolan ringan dengan Pak Sarno, salah seorang warga setempat, Saya mendapat banyak informasi tentang jerih payah warga mendapat lampu penerangan yang mengandalkan dari sumber daya alam.

Selama ini di Dusun Kali Pondok tak dapat terjangkau jaringan listrik. Di dusun yang berada di kaki Gunung Slamet dari dulu hingga tahun 1990-an selalu gelap pada malam hari. Warga masyarakat di dusun itu hanya mengandalkan lampu minyak tanah sebagai penerang rumah dikala malam hari.

Tidak adanya jaringan listrik juga mengakibatkan objek wisata Curug Cipendok kala itu terkesan kurang berkembang, karena objek wisata itu hanya dikunjungi dari pagi hingga sore hari, sedangkan malam hari di kawasan itu sangat sepi, hanya suara jangkrik yang terus bernyanyi menemani sepanjang malam.

"Dulu di sini kalau malam hari sepi seperti tidak ada kehidupan," kata Pak Sarno yang memiliki nama lengkap Sarno Ichwani saat di temui di warung makan miliknya.

Namun pada tahun 1994, pria usia 53 tahun itu berinisiasi menciptakan sumber energi listrik yang berasal dari air di dusun tersebut. Apalagi Dusun Kali Pondok memiliki kekayaan alam yang melimpah berupa aliran air yang mengalir dari tebing-tebing curam. 

Untuk membuat kincir air sebagai sumber energi nampaknya tidak mudah. Terlebih lagi pria yang tidak tamat sekolah dasar itu tidak memiliki pengalaman. 


Ia mengaku belajar secara otodidak di Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas bagaimana cara membuat kincir air untuk menghasilkan energi listrik. Untuk mempelajari dan langsung praktik membuat kincir air tidaklah mudah seperti semudah melihat kincir air yang telah menghasilkan energi listrik di Desa Sunyalangu.


Beberapa kali ia gagal, padahal uang yang dikeluarkan untuk membeli peralatan tidak murah. Peralatan seperti dinamo maupun alat pendukung lainnya dibeli di Pasar Wage Purwokerto. 

Namun berkat ketekunannya, Pak Sarno akhirnya mampu menciptakan kincir air sederhana. Alat tersebut dipasang di aliran sungai yang terletak sekitar lima meter dari rumahnya.    

Kincir air itu mampu menyuplai satu rumah dengan daya sekitar 400 watt. Rumah milik Pak Sarno saat itu merupakan satu-satunya rumah yang memiliki listrik, karena puluhan rumah lainnya di dusun tersebut masih menggunakan lampu minyak.

Keberhasilan Pak Sarno, tentu memantik minat warga lain untuk membuat kincir air. Ia pun kerap diminta oleh para tetangganya untuk membuatkan kincir air.  

Seiring waktu, semua rumah-rumah milik warga yang terdapat 59 kepala keluarga sudah dapat menikmati aliran listik dengan memanfaatkan sumber energi air, bahkan fasilitas umum seperti mushola dan balai pertemuan warga sudah terang teraliri listrik.

Terdapatnya listrik di tempat peribadatan menjadi ramai jamaah, bahkan anak-anak yang sebelumnya tidak mengaji kini bersedia meluangkan waktunya untuk mencari ilmu agama.  


 Mendapat Penghargaan

Bibir Pak Sarno pun mengembang ketika menceritakan jerih payahnya membuat kincir air yang mengadopsi dari Desa Sunyalangu. Bahkan, ia mendapat penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Jateng pada Penganugerahan PWI Award 2010.

Pak Sarno menerima penghargaan karena dinilai dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat sebagai penggagas kincir air sebagai pembangkit listrik sederhana.

Setelah mendapat penghargaan, tidak sedikit wartawan dari media lokal, regional maupun nasional yang meminta waktunya untuk menggali informasi seputar kiprahnya sebagai penggagas kincir air sederhana. 

Setelah banyak muncul pemberitaan tentang Sarno di media, akhirnya dusun itu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Salah satunya, dalam bentuk bantuan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dari hasil kerjasama antara Kodim 0701/Banyumas, PLN APJ Purwokerto dan PT Indonesia Power Banjarnegara.

Pembangunan PLTMH telah mencukupi kebutuhan listik bagi warga setempat. Tak heran, kini sumber energi dari kincir air sederhana sudah ditinggalkan. Di dusun itu hanya ada satu kincir air yang masih berfungsi sebagai kenang-kenangan Pak Sarno.

Adanya PLTMH juga telah memberikan peluang usaha bagi warga setempat, diantaranya menjadi pendagang minuman dingin di sekitar Objek Wisata Curug Cipendok dan pertukangan kayu.



"Sekarang banyak warga yang memiliki kulkas di rumah. Mereka membuat es kemudian dijual di objek wisata Curug Cipendok, sedangkan para tukang kayu yang tadinya menggunakan alat manual sekarang sudah menggunakan alat modern," ujar warga Dusun Kali Pondok, Puji (28) sambil menikmati secangkir kopi hitam.

Pelaku seni ebeg calung Banyumasan itu menilai banyak perubahan di dusunnya dengan dibangunnya PLTMH yang memanfaatkan sumber air dari aliran sungai dusun setempat. Adanya listrik tersebut telah menggerakan roda perekonomian warga menjadi semakin produktif untuk menggali potensi usaha yang ada di lingkungan sekitar. 

Oleh karena itu, warga Dusun Kali Pondok selalu menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya karena warga sadar bahwa sumber energi listrik yang dinikmati warga sangat tergantung dengan limpahan aliran air sungai.

Pak Sarno bersama warga lainnya juga pernah melakukan penanaman bibit pohon keras di sekitar kawasan hutan. Penanaman pohon untuk menambah varian jenis pohon serta untuk menjaga kelestarian alam.  


Terjaganya hutan membuat aliran sungai tak surut, sehingga kerja alat pada PLTMH untuk menghasilkan energi listrik tetap stabil. Dengan demikian, masyarakat Dusun Kali Pondok kini tak pernah kesulitan mendapatkan energi listrik.


Bahkan, dusun tersebut tak pernah merasakan aksi pemadaman listrik. Mereka hanya memberikan iuran bulanan sebesar Rp 10 ribu untuk perawatan alat PLTMH dapat menikmati listrik sepanjang hari. 

Sumber air itu telah membawa perubahan hidup bagi warga dusun setempat. Dengan memanfaatkan sumber air yang mereka kelola menjadi sumber energi yang menjadikan kehidupan mereka lebih baik. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70