Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Tiga Srikandi Pendidikan Berjuang di Lereng Slamet

Gambar
          TIGA perempuan berjilbab menyusuri jalan berbatu di lereng Gunung Slamet yang menanjak di Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Cilongok, Banyumas. Mereka adalah Lisnaevi Yuliatun M (27), Fatihatullaeli (31) dan Eka Fitriani (20). Ketiganya adalah tutor di sebuah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di desa itu. Lokasi sekolah untuk menularkan ilmu, terletak di tengah-tengah perkebunan lahan milik Perhutani. Bangunannya pun sangat sederhana. Lahan yang digunakan hanya berukuran 4x8 meter, lebih kecil dibanding rumah tipe 27. Dindingnya masing menggunakan tripek yang berlantaikan plester semen, seperti barak proyek. Di halaman sekolah juga tidak ada papan nama yang menunjukkan keberadaan PAUD tersebut. Di halaman kelas sudah terdapat anak-anak. Sebagian sudah berseragam biru muda dan sebagian lagi pakaian bebas. Bersama orang tuanya, anak-anak itu menunggu ketiga tutor datang ke sekolah. PAUD itu didirikan tiga tahun lalu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Argowilis Desa S

Rela Ronda untuk Mengaliri Sawah

Gambar
Derita Petani di Tengah Kesulitan Air DAMPAK kemarau tahun ini mengakibatkan aliran air irigasi yang mengaliri lahan sawah di Kecamatan Ajibarang dan sekitarnya tidak lancar. Padahal, semua petani yang menggarap lahan sawahnya kini sangat membutuhkan air agar produksi padi bisa optimal. Tidak lancarnya aliran air telah memicu petani berebut air untuk mengaliri sawahnya. Bahkan, kondisi ini menjadi rawan konflik antarpetani karena mereka ketakutan tanaman padi yang berusia sekitar satu bulan bisa mati tidak teraliri air. Petani Desa Kracak, Wahyudiono (65) menuturkan persoalan air pada saat ini menjadi sangat sensitif karena semua petani yang sedang menggarap lahan sawahnya sedang membutuhkan air. "Petani sekarang berebut air agar tanaman padinya tidak mati," ucap dia. Petani lainnya di Desa Ciberung, Martono menambahkan tanaman padi usia satu minggu sampai sebulan sangat membutuhkan air. "Pada saat ini petani sedang beringas-beringasnya pada air agar tanaman

Bangkit Setelah Rugi Rp 1,9 Miliar

Gambar
KERJA keras dan keyakinan yang kuat dalam menjalankan usaha membawa seorang wirausaha mencapai pintu kesuksesan.  Hal itu dialami Direktur Utama Teknologi Indonesia (TEKNINDO) Banyumas, Juliana Pangestu. Bapak tiga anak itu sempat jatuh bangun dalam merintis bisnis tapi tak pernah menyerah.  "Jangan takut kegagalan. Pada dasarnya kegagalan ini yang akan membawa kami pada kesuksesan," katanya. Pria kelahiran Banyumas, 25 Mei 1980 itu mengungkapkan menjalani sebuah usaha itu tidak terpacu pada tingkat pendidikan, tetapi pada tingkat sejauh mana seseorang itu memiliki keberanian dalam mengambil risiko.  "Sikap berani mengambil keputusan ini harus selalu dipegang agar kami selalu kuat dan tekun bekerja mencapai tujuan yang telah ditentukan," katanya. Juli begitu ia karib disapa menyatakan menjalani usaha tidak mudah, tapi penuh liku dan tantangan.   Setelah lulus kuliah tahun 2004 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, suami Endah Julianti Dewi tidak langsun

Geliat Ekonomi Buruh Tani

Gambar
  SEMILIR angin di areal persawahan Desa Sokaraja Wetan, Kecamatan Sokaraja, Banyumas terasa sejuk meski matahari dari ufuk timur sudah beranjak naik memancarkan sinarnya.  Dua perempuan kakak beradik usia lanjut tampak menikmati suasana kesejukan dan kesegaran alam desa dengan duduk di pematang sawah sambil menginang atau makan suruh. Kedua perempuan yang diketahui bernama Kartinem (62) dan Partinem (59) merupakan buruh tani yang sedang beristirahat setelah melakukan ani-ani di lahan sawah milik orang lain. Mereka tidak hanya berdua, melainkan memiliki rombongan yang sedang bekerja memanen padi. "Kami sudah bekerja empat jam. Ini sedang beristirahat dulu. Maklum sudah tua jadi tenaganya tidak sekuat anak muda," tutur Kartinem. Keduanya keletihan karena j arak dari rumah di Desa Kalicupak, Kecamatan patikraja ke sawah di Desa Sokaraja Wetan sekitar tiga kilometer. Keduanya berangkat pada pukul 06.00 dengan jalan kaki. "Kami bersama dengan buruh tani lain berangk

Miskin Menjadi Kawan Hidupnya

Gambar
KEINDAHAN dan kemewahan alam dunia ini tampak gelap. Bahkan, Yu Sarmi tidak mampu melihat kecantikan wajahnya sendiri dikala masih usia belia. Sehari-harinya, ia hanya mengandalkan mata hati untuk berjalan dan beraktivitas di lingkungan desa mencari nafkah dengan mengais daun cengkih. Wanita usia sekitar 35 tahun itu sudah mengalami kebutaan sejak usia masih kecil. Kata Yu Sarmi, saat kecil ia kerap mengalami sakit panas hingga menyebabkan kebutaan. Namun, sayangnya ia tidak bisa menjelaskan jenis penyakit yang dialaminya sewaktu usia balita. Kendati demikian, ia ikhlas dengan kondisi dirinya sebagai penyandang wanita tunanetra. Warga Grumbul Karangdadap RT 8 RW 2 Desa Watu Agung, Kecamatan Tambak, Banyumas itu juga tidak putus asa untuk melakukan aktivitas sehari-harinya untuk membantu orang tuanya di rumah. Ia tidak mengenyam pendidikan sekolah dasar karena terbentur biaya maupun alasan jarak sekolah dari rumahnya sangat jauh.  Di rumah, saat itu ia tinggal bersama kedua or