Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Dasar Sontoloyo!

HUJAN Minggu sore seharusnya menjadi suasana romantis. Paling tidak untuk pasangan suami istri. Menikmati rintik hujan dari jendela rumah. Menikmati desau angin yang telah mendinginkan raga ini. Namun Minggu sore itu menjadi hari kelabu. Hari yang seharusnya romantis menjadi hari penuh perkara!. Suasana dingin seketika menjadi gerah. Penuh dengan rasa emosi. Ini bermula dari obrolan di whatsapp grup Rukun Tetangga (RT) di tempat tinggal kami. Sore itu di grup ramai membahas rencana menjenguk orang sakit. Orang sakit itu salah satu warga RT kami. Di grup WA telah memunculkan diskusi panjang.  Singkat kata, akhirnya disetujui menjenguk menggunakan microbus. Jarak antara tempat tinggla kami dengan rumah sakit sekitar 30 kilometer. Biaya kendaraan ditanggung dengan cara patungan. Warga RT rombongan ke rumah sakit. Kami juga diajak. Hanya saja kami tidak ikut rombongan. Kami kebetulan sedang di Purwokerto menikmati rintik hujan dan desau angin yang telah mendinginkan raga ini di k

Menyapa Kesejukan Alam Pedesaan

Gambar
AHAD menjadi hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh anakku, Qasdina (5,5). Sepulang sekolah, ia selalu minta main ke tempat mbah di Desa Sokaraja Wetan, Kecamatan Sokaraja.  Ia mengajak jalan pada Sabtu siang. Kalau jalan siang, waktunya lebih lama. Bisa jalan-jalan di Purwokerto dulu. Baru sore hari ke tempat mbah. Jarak antara Purwokerto dengan Sokaraja sekitar 20 menit. Cukup dekat ditempuh menggunakan sepeda motor. Sesampainya di rumah mbah, Qasdina juga bilang supaya dibangunkan pagi hari. Biar tidak kesiangan. Mau bersepeda, katanya. Bersepeda keliling desa!. Bertiga. Qasdina, ayah dan bunda. Tepat pukul 05.00, alarm alami bunyi. Alarm itu dari suara jago di belakang rumah dekat kamar mandi yang berkokok. Berkali-kali hingga membangunkan orang tidur di rumah. Tapi aku tak terbangun. Masih berselimut. Meringkuk. Memeluk bantal guling.  Namun, saat masih tertidut bumi seperti guncang. Raga yang masih terlelap ikut terguncang. Guncangan makin keras. Sampai terbangun. Setelah

Pasar Papringan Lokomotif Menuju Desa Mandiri

Gambar
RAMAI PENGUNJUNG : Pasar Papringan ramai pengunjung dari luar kota, Minggu (21/10) PAGI itu hari masih gelap. Matahari belum menampakkan diri. Namun, lalu-lalang kendaraan roda empat maupun sepeda motor kian ramai ketika memasuki jalan beraspal di Kedungumpul, Kandangan menuju Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Minggu (21/10). Banyak kendaraan roda empat dari luar kota memadati jalan tersebut. Bahkan, berjubelnya mobil ini menjadikan jalan desa yang berjarak sekitar 5 kilometer menuju Pasar Papringan macet. Antrean panjang mobil terlihat mengular.  Para pengunjung terpaksa harus turun dari mobil. Berjalan kaki sekitar 1 kilometer. Bagi pengunjung yang tidak ingin letih memilih naik ojek. Cukup dengan membayar Rp 5.000, pengunjung bisa cepat sampai di pasar tradisional tersebut. Namun tidak sedikit pula pengunjung, umumnya rombongan keluarga memilih berjalan kaki. Menikmati jalan desa yang membelah sawah dengan disuguh

Membuka Lembaran Baru !

TAK terasa sudah dua tahun aku tidak memposting tulisan. Tulisan apa saja. Tentang berbagai hal. Sudah lama tak berbagi lewat tulisan. Namun, mulai kali ini aku ingin sekali menulis kembali. Tentang apa saja. Tentang berbagai hal. Mari kita buka lembaran baru. Mari menulis. Menulis dan menulis. Tentang apa saja. Membuka lembaran baru setelah sekian lama tidak aktif menulis blog.