Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

Bangkitkan Produk Lokal Melalui Pameran

Gambar
KABUPATEN Purbalingga memiliki keragaman sektor riil usaha mikro kecil dan menengah. Mulai dari produk-produk kerajinan maupun usaha industri. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) mencatat jumlah UMKM pada tahun 2009 ada sekitar 36 ribu. Sementara berdasarkan hasil sensus ekonomi non pertanian yang pernah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik di Purbalingga, mencatat 108.286 unit usaha non pertanian, yang terdiri dari 68.653 unit menetak (memiliki tempat usaha) dan 39.633 unit usaha tidak memiliki lokasi tetap. Dari ribuan jenis usaha tersebut tentu perkembangan usahanya cukup beragam. Ada yang berkembang, bertahan maupun tidak berkembang. Ada beberapa permasalahan yang melatarbelakangi tumbuh kembangnya suatu usaha. Antara lain, permasalahan yang paling menonjol dalam pengembangan UMKM adalah faktor manajemen dan produk belum bisa menyesuaikan keinginan pasar. Upaya mengatasi permasalahan tersebut antara lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia mel

Menjaring Keuntungan di GOR Goentoer Darjono

Gambar
SUPARYONO (35) sedari pagi pukul 07.00, Senin (22/8) tampak sibuk menata dagangannya di kawasan GOR Goentoer Darjono Purbalingga. Celana jeans satu per satu dipajang rapi di tenda ukuran panjang 15 meter dan  lebar 5 meter. Adapula jenas yang sengaja digantung terbalik agar merek jeans terlihat jelas oleh calon pembeli. "Kalau tidak digantung kurang menarik. Pembeli biasanya melihat merek, kualitas barang dan harganya," kata warga Bukateja itu. Ucapan itu merupakan kebenaran atau kebetulan, tapi setelah dipajang rapi dengan posisi menggantung terbalik ada beberapa calon pembeli yang mulai menawar barang dagangannya. Mereka kebanyakan mencari celana jeans dan t-shirt. "Harga yang kami tawarkan sangat terjangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat sini," katanya. Suparyono sudah menggelar dagangannya sejak Sabtu malam lalu. Ia bersama puluhan pedagang lainnya mencari peruntungan di tempat tersebut. Umumnya mereka berjualan pakaian, sandal, aksesories dan produk l

Meraup Untung dari Jasa Penukaran Uang Kelilingan

Gambar
SETIAP Lebaran tiba, hampir sebagian besar masyarakat memberikan angpao kepada sanak keluarganya sebagai uang jajan. Angpao yang diberikan pun cukup beragam, mulai dari uang pecahan Rp 1000 sampai dengan Rp 20 ribu. Kebutuhan untuk memberikan angpao nampaknya tidak disia-siakan oleh warga untuk mengais keuntungan dengan menjual jasa penukaran uang kelilingan. Seperti yang dilakukan dua warga Desa/Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Rahman (39) dan Ajib (29). Keduanya menjajakan penukaran uang di tepi jalan di depan Masjid Agung Darussalam. Usaha yang hanya memanfaatkan momen Lebaran tersebut diakuinya cukup menguntungkan. Ini dibuktikan pada pengalaman tahun sebelumnya. Pada Lebaran 2010 misalnya, Rahman dan Ajib mengaku mendapatkan keuntungan sekitar Rp 2 juta dalam waktu sepuluh hari. Adapun modal yang keluarkan untuk jasa penukaran Rp 13 juta. "Bisnis ini masih sangat prospek karena di sini tidak banyak saingannya. Hasilnya juga lumayan banyak," kata Rahman saat

Sejumlah pekerja rambut palsu keluar dari perusahaan untuk beristirahat

Gambar

Buruh Pabrik Masih Tertindas

KEBERADAAN sejumlah perusahaan rambut palsu dan bulu mata palsu di Kabupaten Purbalingga harus diakui memberi banyak manfaat. Terutama membuka lapangan kerja besar-besaran untuk kaum perempuan. Sebab pekerjaan di perusahaan milik PMA dan PMDN ini mampu menyerap angka pengangguran sangat besar. Namun, perekrutan itu tidak diimbangi dengan penghasilan yang layak. Sebagian warga yang bekerja di plasma dan rumah hanya di beri upah Rp 200-400 per buah dari produksi yang dihasilkan. Seperti yang dialami seorang warga di Kecamatan Kutasari, Ningsih misalnya. Saat disambangi di rumahnya, Sabtu (13/2) lalau, ia sedang menyelesaikan pekerjaannya menggunting per helai rambut bulu mata ukuran pendek. Sepintas pekerjaan yang dilakoni memang terlihat mudah, karena hanya bermodalkan gunting saja. Namun, bila dilihat secara detail, pekerjaan ini cukup rumit dan membosankan. Dara usia 12 tahun itu mengaku sudah melakoni pekerjaan sampingan di rumah sejak tiga bulan lalu. Sistem upah yang diberi