Butuh Formula Mengelola Keuangan Secara Mandiri

SEJAK kecil kita sudah diajarkan menabung. Pengalaman yang sampai saat ini masih sangat segar dalam ingatan kita ketika duduk di bangku Taman Kanak-kanan (TK). Orang tua mengajarkan untuk menabung dengan menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung.

Dari pengelola sekolah pun memberikan buku tabungan untuk mencatat jumlah uang tabungan yang masuk. Dengan demikian, kita mengetahui berapa saldo tabungan setiap harinya. Apabila uang yang ditabung besar, akumulasi saldo yang terkumpul besar pula, begitu sebaliknya.

Namun, kebiasaan baik itu terkadang tidak terbawa sampai ke jenjang berikutnya. Buktinya, banyak orang dewasa yang sampai saat ini belum bisa mengatur keuangannya. Banyak faktor yang dapat melatarbelakanginya, salah satunya pendapatannya yang pas-pasan sehingga mengkambinghitamkan tidak dapat menyisihkan uangnya untuk menabung serta tingginya pengeluaran untuk konsumsi.

Padahal, pengelolaan keuangan sangat penting untuk menentukan masa depan keluarga, mulai dari menabung, investasi pendidikan anak, asuransi jiwa sampai mempersiapkan dana pensiun.

Semua itu sejatinya perlu dipersiapkan, apalagi bagi mereka yang bukan bekerja di perkantoran, melainkan wiraswasta karena pekerjaan di sektor informal tidak seperti pegawai negeri yang sudah pasti mendapat program jaminan sosial maupun tunjangan hari tua (dana pensiun).

Edukasi tentang perencanaan keuangan yang saya dapat ketika mengikuti sosialisasi keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto, Banyumas Jawa Tengah, di Kabupaten Banjarnegara beberapa waktu lalu membuka pandangan kita tentang bagaimana pentingnya merencanakan keuangan secara bijak untuk masa depan yang lebih baik.

Dalam sosialisasi itu disebutkan bahwa dalam merencanakan keuangan harus dilakukan ketika seseorang masih usia produktif. Pada masa ini pekerja melakukan aktivitas pekerjaan atau usahanya dan merupakan masa menabung untuk masa depannya.

Perencanaan ini dianggap sangat penting karena setiap orang akan mengalami siklus keuangan. Siklus keuangan ini juga memiliki masa yang menuntut seseorang untuk makin bijak mempersiapkan keuangannya dalam memenuhi kebutuhan hidup baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Siklus keuangan ini dimulai dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini tentu anak masih bergantung kepada orang tua, baik kebutuhan sandang, uang jajan maupun uang untuk sekolah.

Setelah masa anak-anak menjadi dewasa, kemudian masuk pada masa lajang. Pada masa ini merupakan tahap dimana seseorang mulai melepas ketergantungan dengan orang tua dalam bidang financial. Oleh karenanya perencanaan keuangan menjadi penting. Sebab, masa lajang ini seseorang harus merencanakan untuk menyiapkan kebutuhan dana jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Jangka pendek mungkin dimulai dengan menyiapkan dana untuk menikah maupun tempat tinggal. Hal ini menuntut seseorang harus makin giat bekerja dan menabung serta memilih instrumen investasi di pasar modal.

Menyisihkan Pendapatan

Setelah memasuki fase masa nikah, di sini seseorang harus menyisihkan pendapatannya untuk dana di hari tua. Hal ini sangat penting dilakukan sejak dini agar beban penyisihan per bulan tidak terlalu berat jika dibandingkan mempersiapkan dana pensiun saat mendekati masa pensiun.

Apabila dana pensiun telah dipersiapkan, maka di awal usia pensiun hal yang perlu dipersiapkan adalah memaksimalkan dengan mengakumulasi dana investasi, sehingga dapat diperlukan di saat kita sudah tidak produktif atau usia sudah tua.

Dengan merencanakan saham dana pensiun secara dini, maka diharapkan pada saat memasuki masa pensiun, tersedia pendapatan atau modal yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dari pemahaman di atas, tentu dapat referensi memberikan gambaran kepada kita bagaimana mengelola keuangannya untuk memproteksi diri baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Apalagi sekarang ini banyak sekali lembaga asuransi yang menawarkan diri, bahkan perbankan pun ikut andil "menikmati kue" ini dalam menarik masyarakat menjadi nasabahnya.

PT Sun Life Financial Indonesia juga menawarkan sesuai dengan kebutuhan kita dalam memproteksi diri dan keluarga melalui produk dan layanan dalam bentuk investasi untuk masa pensiun, mempersiapkan dana pendidikan anak maupun asuransi jiwa.

Bahkan, sasaran nasabahnya pun tidak hanya menyasar masyarakat kalangan menengah ke atas, tetapi kalangan bawah yang bekerja di sektor informal dan para pegawai swasta yang belum sepenuhnya dilindungi oleh asuransi.

Pembayaran premi untuk program simpanan dan investasi lebih fleksibel disesuaikan dengan kemampuan peserta. Ini dapat merangsang masyarakat untuk menyadari pentingnya merencanakan masa depan hidupnya dengan cermat.

Kendati demikian, PT Sun Life Financial Indonesia diharapkan terus melakukan terobosan dalam menawarkan produk layanannya, seperti memberikan kemudahan bagi para nasabahnya terutama mereka yang bekerja di sektor informal serta mengedukasi secara berkelanjutan mengenai produk-produk yang ditawarkan.

Hal ini perlu dilakukan karena sejatinya kemudahan-kemudahan yang diberikan terkadang tidak sampai informasinya kepada masyarakat kalangan bawah. Oleh karenanya peranan media (baik, media televisi, radio, media online maupun media cetak) sangat penting untuk menjembatani dalam memberikan informasi kepada masyarakat secara umum. Mereka saat ini masih butuh formula dalam mengelola keuangannya untuk merencanakan masa depan yang cermat melalui kemudahan dalam layanan. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70