Ekosistem Pembayaran Berbasis Teknologi Mengakselerasi Laju Pertumbuhan UMKM

Penampilan musik jazz berkolaborasi dengan lengger Banyumas pada event QRIS Jazz Gunung Slamet di Baturraden Banyumas.


EVOLUSI teknologi keuangan telah mengiringi derap langkah perjalanan uang Rupiah dari transaksi tunai menuju sistem pembayaran berbasis teknologi. 


Pergeseran sistem pembayaran ini terus digelorakan dari hulu hingga hilir oleh Bank Indonesia, termasuk pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di wilayah eks Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah. 


Tak sulit menemukan pedagang kecil sekarang ini menyediakan papan akrilik yang terdapat QR Code Indonesian Standard (QRIS). Hampir seluruh pedagang kecil, warung makan, pusat belanja hingga pedagang kelilingan kini menyediakan pembayaran nontunai.


Seperti yang terlihat di Zona Kulier Purwasera, Kecamatan Purwokerto Utara. Sebanyak 42 pedagang kuliner di situ telah menyediakan karena memang sasarannya adalah para pelanggan dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto.


Bagi pedagang memang proses transaksi nontunai sangat praktis, mudah dan cepat. Proses transaksi berbasis teknologi ini berbeda jauh daripada model transaksi konvensional yang sudah dilakukan secara bertahun-tahun oleh pedagang. Apalagi pengalaman yang kerap dialami ketika menerima uang palsu dalam bentuk pecahan Rp 50.000, serta uang lusuh dan rusak.


Selain itu, pedagang pun harus menyiapkan uang pecahan kecil baik uang kertas maupun koin untuk kembalian setiap pembeli membayar dengan uang pecahan besar. 


"Kalau pakai QRIS tidak perlu lagi menyiapkan uang recehan untuk pengembalian pembelian dan tidak lagi khawatir menerima uang lusuh dan rusak dari pelanggan, apalagi uang palsu, karena uang hasil transaksi ini langsung masuk ke rekening," tutur Agustina, pedagang risol di Zona Kuliner Purwasera beberapa waktu lalu.


Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, mencatat jumlah merchant QRIS pada akhir Desember 2020 sebanyak 65.011 merchant. Jumlah ini meningkat pada 10 Semptember 2021 menjadi 107.890 merchant. 


Meskipun penyediaan QRIS telah masih di tingkat UMKM, bahkan hingga tempat-tempat ibadah, penggunaan QRIS dari masyarakat atau pembeli pun perlu dibiasakan. Butuh edukasi berkelanjutan supaya masyarakat tebiasa dan menjadi sebuah kebutuhan menggunakan transaksi pembayaran berbasis teknologi. 


Apalagi, survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, menunjukkan bahwa 92 persen masyarakat masih lebih dominan menggunakan uang tunai dalam transaksi sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, kurangnya edukasi, sosialisasi dan ketersediaan sebaran infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.


Selain itu, persepsi masyarakat yang merasa belum membutuhkan alat pembayaran nontunai (uang elektronik) dan dalam banyak temuan masyarakat belum tertarik menggunakan fasilitas tersebut, karena minimnya pengetahuan tentang produk dan cara penggunaanya.


Tantangan dalam ekonomi digital salah satunya, sebagian masyarakat belum paham terhadap layanan digital banking, sehingga edukasi dan perlindungan konsumen perlu ditingkatkan.


Perbankan juga semakin proaktif terhadap layanan digital banking. Digital banking diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nasabah dengan cepat, mudah, dan memberikan nilai tambah, melalui produk dan jasa perbankan yang berbasis layanan dan lingkungan

digital.


Dalam pengimplementasiannya, konsep digital banking dibagi menjadi dua bagian yaitu inside the bank dan outside the bank. Inside the bank dilakukan dengan pengembangan proses bisnis bank melalui simplifikasi model bisnis yang terdigitalisasi, sedangkan outside the bank dengan meningkatkan customer experience melalui layanan berbasis teknologi.


Upaya dalam mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan layanan transaksi berbasis teknologi rutin dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Purwokerto, yang dilaksanakan dalam kgiatan akbar, QRIS Ngapak Festival, Festival Komik Ngapak dan terbaru Banyumas Crative Festival 2023.


Acara tersebut untuk meningkatkan akseptasi digital masyarakat Banyumas melalui penggunaan metode transaksi non tunai QRIS serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebijakan BI dalam ekonomi dan keuangan syariah. Acara ini akan diselenggarakan selama dua hari berturut-turut pada tanggal 14-15 Oktober 2023 di Kawasan Wisata Baturraden, Kabupaten Banyumas.


Acara tersebut menghadirkan event QRIS Jazz Gunung Slamet serta Pengajian Akbar dan Festival Marawis yang merupakan bagian dari agenda Road To Fesyar 2023.


Pada kegiatan itu, setiap masyarakat wajib bertransaksi dengan QRIS untuk menikmati sajian musik jazz maupun menikmati aneka kuliner yang disediakan di lokasi tesebut. 


Acara Banyumas Creative Festival juga diharapkan dapat menjadi one stop solution dalam upaya mengakselerasi komunikasi kebijakan BI secara efektif di daerah.


Kemudian, pada acara ini Bank Indonesia memperkirakan dapat menjaring sekitar 2.000 peserta kegiatan dan akan menambah 1 .000 orang pengguna baru QRIS dengan perkiraan nominal transaksi mencapai Rp 1 miliar.


Tak hanya edukasi secara langsung kepada masyarakat umum, Bank Indonesia Purwokerto juga melibatkan para guru penggerak untuk mengedukasi para siswanya tentang Cinta, Bangga, Paham Rupiah serta alat transaksi pembayaran berbasis aplikasi melalui QRIS.


Dengan konektivitas yang saling terintegrasi, antara Bank Indonesia, perbankan, guru, pelaku UMKM serta masyarakat, dapat mempercepat elektronifikasi keuangan di era ekonomi digital. Pada muaranya dapat mewujudkan inklusifitas keuangan masyarakat dan terciptanya less cash society melalui evolusi sistem pembayaran.."QRISnya satu, menangnya banyak!" "participant of BI Digital Content Competition 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70