Meraup Untung dari Jasa Penukaran Uang Kelilingan

SETIAP Lebaran tiba, hampir sebagian besar masyarakat memberikan angpao kepada sanak keluarganya sebagai uang jajan. Angpao yang diberikan pun cukup beragam, mulai dari uang pecahan Rp 1000 sampai dengan Rp 20 ribu.

Kebutuhan untuk memberikan angpao nampaknya tidak disia-siakan oleh warga untuk mengais keuntungan dengan menjual jasa penukaran uang kelilingan. Seperti yang dilakukan dua warga Desa/Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Rahman (39) dan Ajib (29). Keduanya menjajakan penukaran uang di tepi jalan di depan Masjid Agung Darussalam.

Usaha yang hanya memanfaatkan momen Lebaran tersebut diakuinya cukup menguntungkan. Ini dibuktikan pada pengalaman tahun sebelumnya. Pada Lebaran 2010 misalnya, Rahman dan Ajib mengaku mendapatkan keuntungan sekitar Rp 2 juta dalam waktu sepuluh hari. Adapun modal yang keluarkan untuk jasa penukaran Rp 13 juta.

"Bisnis ini masih sangat prospek karena di sini tidak banyak saingannya. Hasilnya juga lumayan banyak," kata Rahman saat ditemui di lokasi.

Sementara untuk Lebaran tahun ini, Rahman tidak terlalu buru-buru menjajakan jasa penukaran uang seperti tahun lalu. Pada tahun ini, katanya, tingkat keramaian warga menukarkan uang di prediksi mulai H-7 hingga H-1.

"Saya sebelumnya survei lokasi dulu. Ini untuk menentukan tingkat keramaian masyarakat yang hilir mudik jalan-jalan ke pusat keramaian, seperti Alun-alun Purbalingga," kata pria yang sudah lama menggeluti usaha dadakan ini.

Dia memastikan pada H-3 Lebaran, omzet penukaran uang akan meningkat. Sebab, pada hari itu perbankan sudah tutup karena cuti bersama Idul Fitri. "Pada saat itulah penukaran uang akan meningkat drastis. Kami juga sudah mulai menambah modal untuk mempersiapkan H-3," terang dia.

Rahman menuturkan, jasa penukaran uang sebesar Rp 10 ribu. Berarti bila orang menukarkan uang pecahan Rp 1000 sampai Rp 5 ribu dengan jumlah Rp 100 ribu, maka si penukar itu membayar Rp 110 ribu. "Kalau pecahan Rp 10 ribu dan Rp 20 ribu belum ada. Kami baru akan menukarkan di Bank Indonesia (BI) Purwokerto besok," terangnya.

Dua warga itu mulai turun lapangan sejak Selasa (23/8) lalu. Dari pukul 10.00 hingga 14.00, Rahman mengaku telah melakukan transaksi dengan warga sebesar Rp 1 juta. "Sekarang memang belum ramai. Tapi saya yakin tiga hari ke depan penukaran uang makin ramai," kata pria yang pernah melakukan usaha ini di Semarang.

Ajib menambahkan, usaha dadakan ini untuk sampingan dan membuang waktu luang. "Ya lumayan kalau ramai saya dapat untung besar. Kalau tidak laku juga tidak rugi, karena nilai uangnya tetap," katanya.

Kedua warga itu ikut mengais keuntungan layaknya pedagang pasar tiban atau penjual kolak di bulan Puasa. Apalagi setiap tahun Kantor Bank Indonesia (BI) Purwokerto menyiapkan dana besar untuk penukaran dan penarikan uang. Tahun ini, BI Purwokerto menyiapkan dana sebesar Rp 1,9 triliun.

Deputi Bidang Ekonomi Motener BI Purwokerto Sutanto mengatakan, layanan penukaran uang pecahan di BI tidak dibatasi. Sebab berkaca dari pengalaman sebelumnya, ketika penukaran dibatasi maka penukar dari kalangan perusahaan akan mengerahkan orang untuk menukarkan dananya.

"Setiap menghadapi Lebaran masyarakat memang antusias untuk menukarkan uang, jumlah penukaran uang makin besar, karena perusahaan juga butuh uang pecahan untuk membagikan bonus atau THR kepada karywan," terangnya. (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70