Bangkitkan Produk Lokal Melalui Pameran

KABUPATEN Purbalingga memiliki keragaman sektor riil usaha mikro kecil dan menengah. Mulai dari produk-produk kerajinan maupun usaha industri. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) mencatat jumlah UMKM pada tahun 2009 ada sekitar 36 ribu.

Sementara berdasarkan hasil sensus ekonomi non pertanian yang pernah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik di Purbalingga, mencatat 108.286 unit usaha non pertanian, yang terdiri dari 68.653 unit menetak (memiliki tempat usaha) dan 39.633 unit usaha tidak memiliki lokasi tetap.

Dari ribuan jenis usaha tersebut tentu perkembangan usahanya cukup beragam. Ada yang berkembang, bertahan maupun tidak berkembang. Ada beberapa permasalahan yang melatarbelakangi tumbuh kembangnya suatu usaha. Antara lain, permasalahan yang paling menonjol dalam pengembangan UMKM adalah faktor manajemen dan produk belum bisa menyesuaikan keinginan pasar.

Upaya mengatasi permasalahan tersebut antara lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan agar mampu menciptakan produk sesuai keinginan pasar, dan fasilitas akses pasar produk melalui berbagai kegiatan pameran lokal, regional dan nasional.

Kedua strategi itu perlu didorong agar produk lokal makin dikenal masyarakat. Pengenalan produk  melalui pameran produk lokal tingkat kecamatan pun perlu dilaksanakan dan ditingkatkan agar masyarakat Purbalingga, mengetahui produk-produk unggulan dimasing-masing desa.

Daerah yang telah melakukan pameran produk guna memfasilitasi pelaku UMKM adalah Kecamatan Bobotsari. Di Bobotsari belum lama ini telah menggelar pekan dagang dan promosi pada Juni lalu. Pelaksanaannya pun terbilang sukses. Pasalnya, kegiatan itu telah menggerakan roda perekonomian daerah setempat.

Bayangkan saja, pada pelaksanaan itu sekitar 158 pedagang mencari peruntungan dengan menjual pakaian, assesories, mebeler dan otomotif. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Tegal, Pekalongan dan Padang.

Tak hanya itu, hasil-hasil kerajinan maupun industri kecil unggulan Boborsari pun ikut dipemerkan pada kegiatan pekan dagang. Produk unggulan itu meliputi kain batik, marning (jenis makanan olahan tradisional khas Bobotsari) dan gula kelapa. Kegiatan ini memang dikemas sebagai wahana promosi, niaga dan hiburan. Tujuannya untuk menggairahkan perekonomian warga serta memperkenalkan potensi lokal, seperti hasil produksi unggulan Kecamatan Bobotsari.

Bahkan, panitia mencatat nilai transaksi pekan dagang dan promosi yang berlangsung selama 15 hari sebesar Rp 3,8 miliar. Nilai itu lebih besar dibanding gelaran pekan dagang tahun lalu, yakni sebesar Rp 3 miliar. Nilai transaksi itu dihitung atas dasar pembelian masyarakat terhadap barang yang ditawarkan pada masing-masing stan expo. "Kami akan rutin menggelar kegiatan ini setiap tahun sekali," kata Wakil panitia pekan dagang dan promosi Bobotsari expo 2011, Aris Budi Setiawan.

Camat Bobotsari, Bambang Sukendro menuturkan, kegaitan ini diharapkan dapat membuka gerbang masuknya investasi ke daerah yang berada di wilayah utara Kota Perwira. "Kegiatan ini akan menarik investor menanamkan modalnya di Bobotsari, karena di sini memiliki iklim investasi yang bagus," katanya.

Wakil Bupati Purbalingga Sukento Rido M menambahkan, kegiatan tersebut memang dapat menggerakkan perekonomian menengah ke bawah. Namun, kedepannya pantia diarapkan memperhatikan kepesertaan pedagang, jenis barang yang dipamerkan (primer dan sekunder), serta hiburan rakyat yang edukatif. "Ini makin menarik minat masyarakat," katanya.

Masih Minim

Meskipun hasilnya cukup positif dan mampu menggerakkan roda perekonomian raykat kecil, gelaran pameran atau expo produk lokal itu belum bisa memotivasikan kecamatan lain untuk menyelenggarakan kegiatan serupa.

"Daerah yang bisa dimanfaatkan untuk pameran itu adalah Kecamatan Bukateja dan Desa Lokasi di Kecamatan Rembang. Di sana cukup potensial untuk mendorong ekonomi masyarakat kecil," ujar wabup.

Pengusaha knalpot Desa Patemon, Kecamatan Bojongsari Agus Adiatmaja juga mengemukakan, kecamatan lainnya dinilai kurang prospektif untuk menggelar expo atau pameran produk lokal karena daerahnya tidak potensial.

"Bobotsari merupakan kota dagang dan wilayahnya ramai, jadi sangat potensial digelar pameran produk lokal. Sementara, di kecamatan lain belum ada daya tariknya, jadi sulit untuk digelar pameran produk lokal," ujar Agus.

Agus menambahkan, kecamatan lain justru bisa memamerkan produk unggulannya melalui One Village One Product (OVOP). Ovop sebagai upaya meningkatkan kompetensi produk, harus disesuaikan dengan segmentasi pasar.

"Tapi produk yang dihasilkan harus bisa sesuai dengan keinginan pasar. Bukan produk yang mengendalikan pasar. Selain itu, kualitas produk harus digaja," katanya.

Bila produk yang dibuat bisa diterima pasar, maka pelaku usaha bisa melakukan penetrasi pasar melalui pameran maupun kegiatan lain untuk mengenalkan produk guna meningkatkan omzet penjualan. "Jadi jangan asal memamerkan produk sebelum survei kebutuhan pasar. Bila pasar sudah dipegang, produk yang dijual bakal diterima masyarakat," paparnya.

Selain itu, peran pemkab sangat dibutuhkan untuk mendukung prekembangan UMKM, baik mulai dari fasilitas promosi, akses permodalan maupun regulasi. "Kebijakan pemerintah sangat membantu pelaku usaha," kata Agus. (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70