Bangkit Setelah Rugi Rp 1,9 Miliar


KERJA keras dan keyakinan yang kuat dalam menjalankan usaha membawa seorang wirausaha mencapai pintu kesuksesan. 

Hal itu dialami Direktur Utama Teknologi Indonesia (TEKNINDO) Banyumas, Juliana Pangestu. Bapak tiga anak itu sempat jatuh bangun dalam merintis bisnis tapi tak pernah menyerah. 

"Jangan takut kegagalan. Pada dasarnya kegagalan ini yang akan membawa kami pada kesuksesan," katanya.

Pria kelahiran Banyumas, 25 Mei 1980 itu mengungkapkan menjalani sebuah usaha itu tidak terpacu pada tingkat pendidikan, tetapi pada tingkat sejauh mana seseorang itu memiliki keberanian dalam mengambil risiko. 

"Sikap berani mengambil keputusan ini harus selalu dipegang agar kami selalu kuat dan tekun bekerja mencapai tujuan yang telah ditentukan," katanya.

Juli begitu ia karib disapa menyatakan menjalani usaha tidak mudah, tapi penuh liku dan tantangan.  Setelah lulus kuliah tahun 2004 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, suami Endah Julianti Dewi tidak langsung berwirausaha. Ia justru seperti para lulusan muda kebanyakan yang terlena untuk bekerja menjadi orang kantoran.

"Saya pernah menjadi karyawan swasta, tapi tidak lama. Saya kurang menikmati menjadi karyawan," kata pria lulusan MTs Al Hidayah Ajibarang, yang sekarang menjadi MTs Maarif NU 1 Ajibarang.

Sekitar satu tahun, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya kemudian memilih untuk berwirausaha. Jiwa wirausaha sudah tampak saat dirinya duduk di bangku SMA. Pada waktu itu, ia memanfaatkan waktu di tengah kesibukannya menjadi pelajar sebagai pedagang kaus.

"Saya membeli t-shirt dari Bandung kemudian dijual kepada teman-teman sekolah. Lumayan dari jualan itu saya bisa mendapatkan keuntungan," kata lulusan SMA Maarif NU 1 Ajibarang itu.

Peluang Usaha

Dari pengalaman itu, warga Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang  ini terus menggali potensi untuk berwirausaha. Banyak buku yang dibaca tentang seputar peluang bisnis. Dari berbagai referensi itu memunculkan ide menciptakan Bel Otomatis Sekolah (BOS).

Ide tersebut berawal dari penelitiannya di Jawa Tengah mulai dari Brebes sampai Wonogiri tahun 2004. Dari penelitiannya itu, anak ketiga dari empat bersaudara itu menciptakan bel manual dan BOS. 

Produk yang ia ciptakan tersebut diakuinya cukup prospek mengingat banyak sekolah yang ada di setiap daerah pinggiran, terutama Banyumas masih menggunakan lonceng. "Di Banyumas masih banyak yang belum menggunakan BOS. Ini menjadi peluang usaha yang bagus," katanya mengisahkan.

Namun demikian, memasarkan produk yang jelas memiliki pasarnya pun ternyata tidak mudah. Dari 400 sekolah yang dikunjungi secara door to door hanya 15 sekolah yang berminat membeli produk buatan putra daerah itu.

"Kami sering diejek sekolah karena produknya belum dikenal. Bahkan, pendidikan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI)  secara terang-terangan menolak produk lokal. Mereka bersedia membeli kalau produk itu sudah punya nama dan buatan luar negeri," tutur Juli.

Rugi Rp 1,9 Miliar

Bapak dari Maradhika Pangestu (4,5) itu, bahkan mengaku mengalami kerugian sebesar 1,9 miliar karena proyek pembuatan BOS untuk wilayah Jawa Tengah mengalami kegagalan. "Rekan kerja kami membawa uang proyek orderan BOS," ucapnya miris.

Belum mampu mengembalikan kerugian yang dialami, pada 2006 lalu, tempat produksi BOS yang berada di Yogyakarta ambruk rata tanah setelah diguncang gempa.

"Kami bangkrut. Kerugian yang dialami karena bangunan ambruk sekitar 100 juta," kata Juli.

Setelah itu, usahanya mandek selama enam bulan. Ia kemudian merintis kembali di Ajibarang, Banyumas dengan modal pinjaman. Ruang untuk kantornya pun menyatu dengan rumah.

Namun, kesulitan itu tak membuat Juli patah arang. Ia terus mengembangkan usahanya hingga akhirnya mencapai kesuksesan.

"Saya termotivasi para tokoh pendiri koperasi dan BRI. Tokoh pendiri itu dari Banyumas. Dari situ saya berkeinginan produk saya ini bisa dikenal di daerah seluruh Indonesia. Saya ingin orang tidak memandang remeh orang Banyumas," ujarnya. 

Kuasai Pasar Nasional

KEGAGALAN yang dialami produsen Bel Otomatis Sekolah (BOS) Ajibarang, Banyumas, Juliana Pangestu (32) tak membuatnya kapok berwirausaha. Ia justru semakin kuat mental dan optimis usaha yang dirintisnya kali kedua dari nol ini bakal berhasil. 

"Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani. Pemenang selalu melihat peluang dalam setiap masalah. Saya selalu memegang prinsip itu dalam menjalani usaha," katanya. 

Untuk memulai usahanya, Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta ini mengevaluasi metode pemasaran produk, manajemen dan produksi. Semua dirubah total agar dirinya tidak lagi terperosok pada jurang kegagalan. 

"Kendala kami yang utama adalah pemasaran. Ini harus segera dicarikan solusinya agar produk yang dihasilkan bisa di pasarkan ke sekolah-sekolah," katanya.  

Metode pemasaran yang diterapkan manajemen BOS dengan mengikat kerja sama dengan kelompok kerja sekolah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan yayasan lembaga pendidikan sekolah.

Dari kerjasama itu nampaknya mulai membuahkan hasil. Bahkan pada Mei 2008, Banyumas mencetak rekor sebagai kabupaten yang menggunakan BOS terbanyak di Indonesia. Rekor itu dicatat Museum Rekor Indonesia (Muri). Rekor Muri itu sekaligus pencanangan kampanye Banyumas On Time (Tepat Waktu). Rekor Muri itu mencatat 851 sekolah di Kabupaten Banyumas menggunakan BOS. 

Setelah sukses membuat gebrakan pemasaran dengan mencetak rekor Muri, pria yang akrab dipanggil Juli ini juga mengikuti kompetisi warga berprestasi  tingkat kabupaten tahun 2008. Pada level ini, bapak tiga anak itu menoreh juara I. 

Prestasi itu nampaknya membuat dirinya semakin optimis memetik hasil optimal. Ia kembali mengikuti kompetisi tingkat provinsi sampai nasional. Pada kompetisi tingkat nasional yang digelar Kementrian Pemuda dan Olah Raga dan Kementrian Pendidikan Nasional dan Kamar Dagang Industri, Juli kembali menoreh menjadi juara nasional sebagai pemuda pelopor bidang teknologi tepat guna, dan wirausaha mandiri.

"Produk yang saya sudah dipatenkan. Impian sebagai pencipta BOS asal Banyumas tercapai," kata dia bangga. 

Usai segala prestasi ditoreh, kini strategi pemasaran makin dioptimalkan. Dalam memperluas wilayah pemasaran Manajemen TEKINDO melakukan peningkatan sistem pemasaran dengan kerjasama distributor-distributor dan membuat seminar pendidikan kerjasama Dinas Pendidikan Kabupaten. 

Untuk mempermudah sistem Pembayaran, TEKINDO bekerjasama dengan lembaga keuangan di setiap Kabupaten, misalnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) atau Bank Perkreditan Rakyat/Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR/BPRS) sehingga sekolah atau madrasah mendapat kemudahan dalam pembelian baik dengan sistem tunai maupun kredit. 

Omzet Penjualan

Mulai dari Tahun 2005 sampai 2012, BOS sudah terjual lebih dari 4000 unit di seluruh Indonesia. Adapun wilayah distribusinya meliputi, Aceh, Medan, Binjai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Padang, Riau, Pekanbaru, Batam, Lampung, Palembang, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Banjarbaru.

DKI Jakarta, Kuningan, Cirebon, Bekasi, Tangerang, Banten, Surabaya, Bojonegoro, Gresik, Banyuwangi, Jombang, Ngawi, Malang, Lamongan, Pasuruan, Blitar , Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul dan Seluruh Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. 

"Saya bersyukur karena BOS bisa diterima masyarakat. Di daerah saya, BOS sangat dikenal dan menjadi salah satu produk kebanggaan Banyumas, karena bel ini diciptakan oleh putra daerah," ujar anak ketiga dari empat bersaudara itu.

Luasnya pemasaran produk tentu mengerek nilai omzet penjualan. Omzet bisnisnya sudah mencapai Rp 500 juta - Rp 1 miliar per tahun dengan Rata-rata penjualan BOS 400 sampai 600 unit. Untuk tahun ajaran baru 2012 – 2013, Teknindo mengeluarkan produk BOS terbaru dengan tambahan fitur yaitu BOS Bisa menyimpan 297 jadwal pelajaran terbagi menjadi tiga memori. 

Diantaranya, memori pertama, 99 jadwal pelajaran tetap, memori kedua 99 jadwal pelajaran cadangan dan memori ketiga 99 jadwal lajaran cadangan. "BOS terbaru juga dilengkapi dengan MP 3 dan audio player dengan port USB dan MMC," ucap pria lulusan MI Maarif NU 1 Ajibarang itu. 

Juli mengatakan, dalam berwirausaha harus mempunyai Impian yang Besar, kalau Anda mau berubah mulailah dengan mengubah Impian Anda. "orang besar mempunyai impian besar, orang kecil mempunyai impian kecil," katanya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70