Rela Ronda untuk Mengaliri Sawah

Derita Petani di Tengah Kesulitan Air

DAMPAK kemarau tahun ini mengakibatkan aliran air irigasi yang mengaliri lahan sawah di Kecamatan Ajibarang dan sekitarnya tidak lancar. Padahal, semua petani yang menggarap lahan sawahnya kini sangat membutuhkan air agar produksi padi bisa optimal.

Tidak lancarnya aliran air telah memicu petani berebut air untuk mengaliri sawahnya. Bahkan, kondisi ini menjadi rawan konflik antarpetani karena mereka ketakutan tanaman padi yang berusia sekitar satu bulan bisa mati tidak teraliri air.

Petani Desa Kracak, Wahyudiono (65) menuturkan persoalan air pada saat ini menjadi sangat sensitif karena semua petani yang sedang menggarap lahan sawahnya sedang membutuhkan air.

"Petani sekarang berebut air agar tanaman padinya tidak mati," ucap dia.

Petani lainnya di Desa Ciberung, Martono menambahkan tanaman padi usia satu minggu sampai sebulan sangat membutuhkan air. "Pada saat ini petani sedang beringas-beringasnya pada air agar tanaman padinya tidak mati," kata dia.

Guna meminimalkan kondisi itu, para petani sebenarnya sudah melakukan pembagian air aliran irigasi. Namun, mereka tetap mengindahkan jadwal pembagian air. 

"Meski sudah diatur, tapi perebutan air tetap terjadi. Yang kalah tetap petani yang memiliki sawah di bawah karena menunggu aliran air dari atasnya," terang Martono.

Tak heran, agar sawahnya teraliri air secara maksimal saat mendapat giliran, petani itu rela ronda mulai dari pukul 18.00 - 04.00 WIB. Mereka bahkan rela melakukan itu setiap seminggu sekali.

"Kalau tidak dijaga aliran air mengecil karena air akan dialihkan ke lahan sawah lain. Ini sudah biasa terjadi saat kemarau," kata Wiratmo, petani lainnya di Dusun Parakan, Desa Kracak. 

Menyelamatkan Tanaman

Ketua Darmatirta Desa Awakkapan (Ajibarang Wetan, Ajibarang Kulon, Kracak, dan Pancasan), Carlam mengemukakan permasalahan klasik ini kerap terjadi saat kemarau melanda. 

"Siapa sih yang mau rugi jika tanamannya mati. Makanya mereka berebut air untuk menyelamatkan tanaman padi," katanya.

Dia menjelaskan, jika tanaman padi kekurangan air hasil produksi yang akan diperoleh bisa menurun sekitar 10 persen karena tanaman tidak tumbuh optimal. 

"Kalau kekurangan air hasilnya menurun, dan tanaman rentan terkena hama dan penyakit," ujarnya.

Dia menambahkan, lahan satu hektar tanaman padi normalnya mampu menghasilkan 6 ton gabah kering panen. Namun, jika tanaman tidak tumbuh optimal tanaman padi hanya mampu menghasilkan 5-4 ton saja.

Agar hasil optimal sesuai harapan petani, Carlam mengaku telah melakukan pembagian air aliran irigasi karang pucung sekunder, Sungai Tengah Ajibarang. 

"Kami mengatur penggunaan air pertanian aliran air yang masuk ke lahan pertanian dapat merata," tuturnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70