Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (1)

PERUBAHAN biaya hidup di Kota Purwokerto selama kurun waktu lima tahun dari 2007 hingga 2012 nyaris mendekati angka 100 persen. Kenaikan ini dinilai mencerminkan tingkat kesenjangan masyarakat kaya dan miskin di wilayah perkotaan. 

Tingkat pengeluaran masyarakat di wilayah Kota Purwokerto untuk konsumsi makanan dan nonmakanan pada tahun 2012 cenderung mengingkat signifikan dibandingkan pada tahun 2007.  

Bangunan Hotel di Purwokerto
Berdasarkan data hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas tahun 2012, mencatat biaya hidup penduduk di Kota Purwokerto pada tahun 2012 sebesar Rp 4.089.099 per rumah tangga per bulan atau naik 96,35%. Pengeluaran biaya hidup ini meningkat dibanding tahun 2007 yang rata-rata mencapai Rp 2.082.585 per rumah tangga per bulan. 

"Bila dikonversikan dibagi menjadi empat, maka biaya hidup rata-rata per individu pada tahun 2012 sebesar Rp 1.022.227,5 per kapita per bulan," kata Kepala BPS Banyumas, Gunawan SE.

Survei biaya hidup ini dilakukan guna kepentingan menghitung index harga konsumen (IHK) dan inflasi. Penghitungannnya dilakukan lima tahun sekali dan terakhir diperbarui hasil survei tahun 2012.

Lebih lanjut Gunawan menjelaskan pada tahun 2007, ada sekitar 336 komoditas yang dijadikan indikator, meliputi bahan makanan (beras, lauk pauk dan lainnya), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kemudian kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar, kelompok sandang, biaya kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sedangkan survei tahun 2012 terdapat lebih dari 400-an item yang dijadikan acuan.

Dikatakan, meningkatnya biaya hidup warga perkotaan disebabkan beberapa hal, diantaranya kenaikan harga-harga di pasaran, jenis serta volume konsumsi masyarakat lebih banyak sehingga meningkatkan nilai konsumsi.

"Ada pergeseran konsumsi di masyarakat perkotaan. Pada survei biaya hidup 2007 konsumsi makanan lebih tinggi, tapi pada survei 2012 justru proporsi konsumsi nonmakanan yang lebih besar," ujarnya.

Ia mencontohkan konsumsi masyarakat untuk komoditas nonmakanan seperti konsumsi untuk handphone, sebagian warga perkotaan memiliki lebih dari satu ponsel, begitu juga dengan kendaraan bermotor. Hal ini akan menambah pengeluaran untuk pembelian pulsa dan bahan bakar minyak.

"Belum lagi perkembangan bisnis jasa keuangan dan properti memicu tingginya konsumsi masyarakat perkotaaan," ujarnya.

Selain itu, ada perubahan perilaku hidup masyarakat perkotaan karena mereka menuju menjadi masyarakat modern. Contohnya perawatan ke salon sudah seperti menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi, sedangkan makanan mereka juga lebih menyukai membeli makanan jadi dibanding bahan makanan.

"Artinya mereka senang jajan, apalagi di sini banyak rumah makan yang menawarkan berbagai menu baik dari daerah sendiri maupun luar daerah," kata Gunawan.

Tingginya tingkat konsumsi, tentu mencerminkan bahwa pendapatan masyarakat perkotaan tinggi. Ini terlihat dari gaya hidup serta tingginya konsumsi.

"Tingginya konsumsi nonmakanan memperlihatkan naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat Purwokerto. Semakin tinggi kesejahteraan masyarakat, maka akan semakin tinggi pula pemenuhan kebutuhan untuk bahan nonmakanan," katanya.

Tekanan Hidup

Namun demikian, tekanan hidup bakal dialami warga perkotaan dengan pendapatan rendah. Apalagi upah minimum kabupaten (UMK) Banyumas pada 2014 tercatat Rp 1000.000 atau baru mencapai 98 persen dari kebutuhan hidup layak (KHL). Perhitungan UMK tersebut diperuntukkan bagi pekerja lajang, sedangkan bagi pekerja yang sudah berkeluarga belum ada aturannya.

Pusat belanja di Purwokerto
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Banyumas, Haris Subiakto menilai UMK sebesar Rp 1000.000 sebenarnya masih jauh dari cukup untuk kesejahteraan pekerja, terutama bagi pekerja yang sudah berkeluarga. Pendapatan tersebut hanya untuk mencukupi hidup harian saja.

"Dengan upah sebesar itu, pekerja belum bisa menyisihkan pendapatannya untuk investasi maupun anggaran berwisata dengan keluarga. Ini sangat memprihatinkan. Dan parahnya ini akan terus berlangsung secara terus menerus," ujarnya.

Haris menambahkan berdasarkan dari penilaian kebutuhan hidup layak seharusnya UMK untuk pekerja lajang di Banyumas sebesar Rp 1.150.000, sedangkan untuk pekerja yang sudah berkeluarga, hendaknya ditambah dengan tunjangan anak dan isteri.

"Sayangnya aturan untuk pekerja sudah berkeluarga belum ada. Kami hanya berharap aturan bisa diubah sehingga dapat mengakomodir pekerja yang sudah berkeluarga," katanya.

Warga Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Budi Santoso menuturkan masyrakat dengan pendapatan pas-pasan merasa berat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi, akhir-akhir ini kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, maupun papan mengalami kenaikan harga cukup signifikan.

Bapak satu anak itu mengatakan, kebutuhan dasar seperti pangan, paling terasa perbedaannya. Dalam waktu singkat berbagai kebutuhan pokok, harganya meningkat. Kondisi itu dirasakannya cukup menyulitkan.

"Biaya hidup di Purwokerto, untuk sekadar memenuhi kebutuhan pangan, saya rasa paling sedikit butuh Rp 1,5 juta. Jumlah itu belum setara dengan UMK Banyumas," ucapnya. 

Lain lagi dituturkan salah satu mahasiswa Unsoed Purwokerto, Cahyo Wijokongko. Ia saat pertamakali datang di Purwokerto mengaku harga kebutuhan sehari-hari terasa murah bila dibanding daerah asalnya, Cilacap.

"Tapi sekarang sudah berbeda. Saya merasakan biaya hidup di Purwokerto meningkat. Dulu harga nasi rames dengan lauk telur masih sebesar Rp 3.500, tapi sekarang ini harga nasi rames dengan lauk serupa sekitar Rp 5.000," kata dia mengilustrasikan.

Begitu juga dengan tarif sewa kamar kos di kawasan kampus rata-rata naik cukup signifikan. "Tahun 2010 tarifnya setahun Rp 1,8 juta masih ada, sekarang rata-rata sudah mencapai Rp 2 juta setahun, bahkan lebih," kata dia. 



Kota dengan Perubahan Biaya Hidup Tertinggi 2007 dan 2012
--------------------------------------------------------------------
No Kota Biaya Hidup (Rp)   Persentase Perub 
2007 2012 Biaya Hidup
--------------------------------------------------------------------
1 Purwokerto  2.082.585  4.089.099  96,35
2 Banjarmasin  2.462.287  4.819.850  95,75
3 Gorontalo  2.261.220  4.406.566  94,88
4 Semarang  2.605.161  4.829.461  85,38
5 Bekasi  3.162.931  5.770.710  82,45
6 Palangkaraya  2.874.643  5.221.136  81,63
7 Bandung          3.160.267  5.630.382  78,16
8 Watampone  2.638.353  4.699.540  78,12
9 Tarakan          2.729.186  4.853.740  77,85
10 Bogor  2.519.124  4.472.464  77,54
--------------------------------------------------------------------
Sumber : Badan Pusat Statistik


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70