Menggali Potensi Wisata Melalui Daya Tarik Desa

Perajin batik Desa Papringan, Banyumas tengah membatik

JAWA Tengah memiliki potensi sumber daya alam yang menarik dan dapat dikenalkan kepada masyarakat luas, baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Tak hanya objek wisata unggulan yang sudah dikenal secara luas, seperti Candi Borobudur, Dieng, Candi Prambanan dan Lawang Sewu, namun kini hampir di setiap daerah di Jawa Tengah mulai mencoba mempromosikan daerahnya dengan mengusung desa wisata.

Desa wisata bahkan kini menjadi fokus sebagian pemerintah desa dan pemerintah kabupaten di daerah Jawa tengah dalam pengembangan destinasi wisata. Tujuannya untuk menambah warna baru objek wisata yang dapat dikunjungi selain objek wisata yang sudah dikenal masyarakat luas atau telah menjadi ikon di daerah tersebut.

Di Kabupaten Banyumas misalnya, saat ini telah dilakukan pemetaan potensi desa wisata. Arah pengembangan yang dilakukan dengan menggali potensi desa seperti di wilayah Banyumas Kota Lama, memadukan panorama alam Sungai Serayu serta kerajinan batik di Desa Papringan yang telah dilakukan secara turun temurun.



Di Desa Pagelarang dan Alasmalang, Kecamatan Kemranjen yang terdapat di wilayah Banyumas selatan bagian timur juga memiliki potensi yang kini menjadi fokus pemerintah, yaitu agrowisata durian. Di desa itu, menjadi magnet ketika memasuki musim panen durian.

Bahkan, banyak warga dari luar daerah datang untuk berwisata durian karena di desa itu wisatawan dapat memetik langsung durian dan dapat dimakan di tempat. Tentu ini pengalaman yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

bazar durian di Desa Alasmalang


Data di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut) Kabupaten Banyumas mencatat penyebaran pohon durian terbesar berada di Kecamatan Kemranjen, yakni mencapai 23.073 pohon. Disusul wilayah Kecamatan Kebasen mencapai 22.350 pohon, Kecamatan Tambak  mencapai 22.004 pohon, Kecamatan Somagede mencapai 18.055 pohon, Kecamatan  Pekuncen 17.131 pohon dan Kecamatan Sumpiuh mencapai 10.421 pohon.

Wilayah Kecamatan Kemranjen memiliki potensi cukup tinggi untuk pengembangan kawasan agrowisata, terutama di Desa Pagelarang dan Desa Alasmalang. Dua desa ini kini sedang dikembangkan menjadi desa agrowisata durian. Pemkab Banyumas bersama Bank Indonesia Purwokerto melakukan kerjasama untuk menggalakkan program desa mandiri 2015.

Saat ini jumlah pohon durian di wilayah Desa Pageralang mencapai 4.000 pohon, sedangkan pohon durian yang sudah berbuah jumlahnya mencapai 1.600 pohon. Hasil produksi pertanian durian mencapai 40 ton per musim. 



Tak hanya di wilayah Banyumas bagian selatan, di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen belum lama ini menyedot perhatian warga masyarakat Banyumas, karena di desa itu memiliki Curug Nangga yang memiliki air terjun tujuh tingkat.

Respon masyarakat yang kian positif menggugah pemerintah desa untuk memanfaatkan potensi ini untuk dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Bahkan, upaya ini mendapat respon dari pemerintah kabupaten dan Provinsi Jawa Tengah untuk menyalurkan bantuan berupa berbaikan infrastruktur penunjang objek wisata.

Kemunculan contoh kecil potensi wisata di Banyumas ini tentu menjadi sesuatu yang penting dan harus mendapat dukungan penuh dari semua pihak. Sebab, keberadaan objek wisata di desa dapat memberdayakan ekonomi masyarakat desa serta menuntut warga untuk menjaga kearifan lokal, dari seni dan budaya serta perilaku warga desa setempat.

Keberadaan potensi desa wisata ini sekaligus untuk memberikan peluang dan menambah jumlah daya tarik wisata (DTW) serta desa wisata di Provinsi Jawa Tengah.

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Purwokerto, Hariyadi saat memberikan pemaparan potensi ekonomi di Jawa Tengah beberapa waktu lalu di Purwokerto menyebutkan bahwa DTW Alam pada 2009 sebanyak 120 meningkat di tahun 2013 menjadi 132, menyusul DTW Budaya pada 2009 sebanyak 54 naik menjadi 88 di tahun 2013, sedangkan Desa Wisata dari 85 di tahun 2009 bertambah menjadi 125 di tahun 2013.

Adapun jumlah wisatawan domestik di tahun 2013 mencapai 29.430.609 orang dengan rata-rata lama tinggal 2,05 hari, sedangkan wisatawan mancanegara 388.143 orang dengan rata-rata lama tinggal 2,34 hari.

Data di atas tentu merupakan potensi bagi pemerintah daerah yang kini tengah fokus mengembangkan desa wisata dengan menciptakan magnet supaya daerahnya semakin menarik untuk dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Namun demikian, terdapat beberapa catatan yang menjadi perhatian agar desa wisata dapat berkembang dan mampu mendatangkan wisatawan. Diantaranya, kesiapan warga desa menerima wisatawan serta memberikan kesadaran Sapta Pesona, karena Sapta Pesona merupakan inti dari kerja bidang pariwisata.

Sapta Pesona itu meliputi, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan. Selain itu, perlu dilengkapi dengan pemandu wisata agar wisatawan yang berkunjung mendapat pengalaman tentang desa wisata yang dikunjunginya.

Tak hanya itu, perlu pembuatan paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini untuk memberi daya tarik wisatawan dengan memperkenalkan seni dan budaya yang ada di desa wisata. (*)       




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup di Purwokerto Makin Tinggi (2)

Kemudahan Akses Informasi Mendorong Ekonomi Nasional

Galeri Kemeriahan Memperingati HUT RI ke - 70